Thursday, November 17, 2011

Pahlawan

Ilustrasi
BK Peduli - Pahlawan adalah sebuah kata benda. Secara etimologi kata "pahlawan" berasal dari bahasa Sanskerta "phala", yang bermakna hasil atau buah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran atau pejuang yang gagah berani. Oleh karena itu, seseorang yang perbuatannya berhasil bagi kepentingan orang banyak serta berpengaruh terhadap tingkah laku orang lain karena dinilai mulia dan bermanfaat bagi kepentingan masyarakat, bangsa atau umat manusia, maka orang tersebut bisa dikatakan sebagai pahlawan.

Ruang khayal kita selalu dipenuhi sederet tokoh masa lalu, seperti Sisingamangaraja, Teuku Umar, Imam Bonjol, Sultan Hasanuddin, Pattimura, dan sederet nama beken lainnya ketika terkenang sejarah kepahlawanan negeri ini. Mengenang tokoh masa lalu yang disebut pahlawan nasional menandakan bangsa ini tahu berterima kasih kepada para pahlawan. Ini juga menandakan bangsa ini tidak lupa kacang akan kulitnya. 

Bangsa ini menyadari bahwa di atas kemerdekaan bangsa, tulang rapuh para pahlawan telah menjadi tiang penyangga tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seperti kata orang bijak, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya. Namun bila memperingati jasa para pahlawan hanya sebatas mengenang kisah patriotisme pahlawan, maka kita bisa jatuh ke dalam romantisme pahlawan. Makna utama yang perlu kita teladani dan relevansinya tak lekang oleh waktu adalah rasa "kebersamaan" sebagai satu bangsa, meski ada perbedaan keyakinan, suku, pandangan politik, strata sosial dan sebagainya. Namun berkat satu keinginan, perbedaan tersebut bukan menjadi penghambat kebersamaan para pejuang dulu untuk meraih dan mempertahankan kemerdekaan.
Pada setiap tanggal 10 November diperingati oleh bangsa Indonesia sebagai hari pahlawan nasional. Peristiwa bersejarah itu akan menjadi momen penting untuk direfleksikan, mengingatkan bahwa kemerdekaan bangsa ini bukan dari hasil pemberian negara lain, namun hasil jerih payah pahlawan bangsa ini yang telah berkorban untuk negeri tercinta, INDONESIA. Seluruh perjuangan tersebut semestinya dapat terus dilanjutkan oleh generasi penerus bangsa dalam memajukan negeri ini.

Bangsa yang cerdas dapat diukur dari tingkat kesehatannya, karena dengan sehat, maka anak-anak akan makin mudah untuk menerima ilmu. Permasalahan kesehatan di Indonesia sudah cukup memperihatinkan, terutama pada masalah kurang gizi karena Indonesia termasuk dalam 36 negara yang mempunyai masalah gizi buruk[1] yang cukup tinggi sehingga perlu ada intervensi yang tepat untuk menangani masalah tersebut.

Saat ini masih banyak masyarakat yang tidak mengerti makna hari pahlawan. Mereka hanya menganggap pahlawan adalah orang yang berperang membela kemerdekaan Indonesia pada masa penjajahan dahulu. Makna berperang bukan hanya memerangi penjajah, namun dengan memerangi gizi buruk hal tersebut juga dapat disebut sebagai berperang dalam masa ini. Menjadi pahlawan saat sekarang pastilah tidak harus cakap menggunakan bambu runcing, tombak dan bayonet seperti pahlawan tempo dulu. Bukan saja musuh yang dihadapi saat ini tidak berwujud bagai tentara-tentara negara imperalis yang tidak berprikemanusiaan dan keadilan. Musuh yang kita hadapi saat ini adalah kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan, kenestapaan dan penindasan yang masih menjadi warisan abadi pasca era kolonial berakhir. Indonesia modern membutuhkan pahlawan-pahlawan bangsa yang tidak lagi berperang dengan bambu runcing. Bukan juga pahlawan yang siap mati konyol hanya demi sebuah ideologi perjuangan. Apalagi pahlawan yang hanya pintar ber-etorika, namun nihil dalam tindakan. Akan tetapi, pahlawan yang beikhtiar dengan sungguh-sungguh melepaskan Indonesia dari berbagai keterpurukan dan sukses membawa bangsa ini menjadi negara yang memiliki harkat serta martabat di mata seluruh negara di dunia. Itulah pahlawan masa depan.

Ilustrasi
Maju Indonesiaku..(YP)


***

[1] UN-SC On Nutrition 2008

No comments:

Post a Comment