Rawan pangan dan gizi masih menjadi salah satu masalah besar bangsa ini. Masalah gizi berawal dari ketidakmampuan rumah tangga mengakses pangan, baik karena masalah ketersediaan di tingkat lokal, kemiskinan, pendidikan dan pengetahuan akan pangan dan gizi, serta perilaku masyarakat.
Saat ini diperkirakan sekitar 50 persen penduduk Indonesia atau lebih dari 100 juta jiwa mengalami beraneka masalah kekurangan gizi, yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Masalah gizi kurang sering luput dari penglihatan atau pengamatan biasa dan seringkali tidak cepat ditanggulangi, padahal dapat memunculkan masalah besar. Selain gizi kurang, secara bersamaan Indonesia juga mulai menghadapi masalah gizi lebih dengan kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Dengan kata lain saat ini Indonesia tengah menghadapi masalah gizi ganda. Secara perlahan kekurangan gizi akan berdampak pada tingginya angka kematian ibu, bayi, dan balita, serta rendahnya umur harapan hidup. Selain itu, dampak kekurangan gizi terlihat juga pada rendahnya partisipasi sekolah, rendahnya pendidikan, serta lambatnya pertumbuhan ekonomi (RAN Pangan dan Gizi, 2006-2010).
Sejalan dengan RAN tersebut, beberapa waktu yang lalu kami mencoba mengimplementasikannya dengan membuat kegiatan kecil dimulai dari lingkungan kami. Kami menamakan program ini adalah "Peningkatan gizi keluarga melalui telur".
Memberikan informasi mengenai pentingnya mengkonsumsi telur kepada masyarakat merupakan hal yang perlu terus menerus dilakukan. Dengan adanya mitos mengenai makan telur dapat mengakibatkan bisul menjadi penghalang tersendiri bagi masyarakat tingkat bawah untuk mengkonsumsi telur. Program ini selain memberikan informasi tentang manfaat mengkonsumsi telur juga membangkitkan kembali masyarakat untuk meningkatkan gizi melalui konsumsi telur.
Dengan memberikan dorongan melalui pemberian telur kepada masing-masing keluarga diharapkan kebiasaan mengkonsumsi telur dapat diteruskan dan ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan kebutuhan gizi pada setiap keluarga dengan tingkat ekonomi rendah.
Sosialisasi program |
Program kami mulai dengan 10 (sepuluh) kepala keluarga di bantaran kali - kalibata pulo, dimana terdapat perkampungan pemulung disana. Program kami mulai melalui obrolan tentang pentingnya dan manfaat telur bagi kesehatan. Stimulus kami berikan dengan memberikan 1 (satu) telur tiap satu orang pada dalam satu keluarga sebanyak 4 butir 2 kali seminggu selama 6 (enam) bulan.
Selain pemberian stimulus pada program ini, bk peduli juga melakukan pemantauan di setiap keluarga. Dalam pemantauan tersebut dilakukan pendataan kebiasaan dan pola makan setiap keluarga dalam mengkonsumsi telur. Pendataan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keterbiasaan dan motivasi dalam mengkonsumsi telur.
Olahan telur |
Pengembangan program ini diharapkan tidak hanya dilakukan pada satu titik saja, akan tetapi masih banyak titik yang masih belum tersentuh dan belum mengetahui manfaat telur bagi kehidupan mereka.
Jangan takut makan telur !
***
No comments:
Post a Comment